IHSG Anjlok 9,19%, Rupiah Tembus Rp16.750—Pasar Indonesia Diterpa Badai Tarif AS

Published on
Selasa, 8 April 2025 menjadi hari yang penuh tekanan di pasar keuangan Indonesia. Setelah jeda panjang akibat libur Lebaran, IHSG dibuka dengan koreksi tajam sebesar 9,19%, yang langsung memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) selama 30 menit di sesi pagi. Pergerakan ekstrem ini menjadi sinyal bahwa tekanan terhadap pasar belum mereda—bahkan mungkin semakin menguat.
Tarif Impor AS Jadi Pemicu Utama
Pemicunya jelas: tarif impor 32% dari Amerika Serikat terhadap produk Indonesia, yang mulai berlaku efektif Rabu, 9 April 2025. Kebijakan ini tidak hanya menambah ketegangan dagang global, tetapi juga langsung menyasar jantung ekspor Indonesia. Produk-produk unggulan yang selama ini memasok pasar AS kini kehilangan daya saing. Sebagai dampaknya, permintaan terhadap barang ekspor Indonesia berpotensi tergerus dan industri dalam negeri pun terancam mengalami penurunan utilisasi.
Skenario ini memunculkan kekhawatiran luas di pasar. Investor menilai bahwa kebijakan ini bukan sekadar hambatan dagang biasa, melainkan sinyal memburuknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Valuasi IHSG yang sudah murah (dengan PER di kisaran 8x dan PBV 1,86x per 27 Maret 2025) pun gagal menarik pembeli—karena pasar kini mencari arah kebijakan yang jelas, bukan hanya angka murah.
Rupiah Melemah, BI Intervensi
Nilai tukar rupiah ikut terseret dalam arus pesimis ini. Hari ini, rupiah melemah ke Rp16.750 per USD, menyentuh level terendah sejak krisis 1998. Tekanan terhadap kurs terjadi di tengah kekhawatiran investor global terhadap potensi perlambatan ekonomi Indonesia dan tekanan eksternal lainnya. Bank Indonesia telah melakukan intervensi melalui DNDF, namun pasar menilai bahwa langkah itu belum cukup untuk menahan gelombang tekanan.
Dari sisi pasar obligasi, yield US Treasury terus menurun, mengindikasikan kekhawatiran pasar global terhadap potensi stagflasi di Amerika Serikat—terutama jika kebijakan tarif ini terus berlanjut dan memicu tekanan inflasi dalam negeri AS. Ini menambah satu lapis kekhawatiran baru: bukan hanya Indonesia yang terancam, tetapi juga stabilitas ekonomi global secara keseluruhan.
Tiga Dampak Langsung Kebijakan Tarif terhadap Indonesia
Tarif AS terhadap Indonesia menimbulkan tiga tekanan langsung terhadap stabilitas ekonomi nasional:
Ekspor Tergerus. Produk Indonesia jadi lebih mahal di pasar AS. Negara pesaing yang tidak dikenai tarif otomatis menjadi pilihan utama pembeli, menurunkan potensi utilisasi pabrik dan laba perusahaan Indonesia.
Rupiah Melemah, Cadangan Devisa Tertekan. Dengan menurunnya arus ekspor, penerimaan valas dari perdagangan juga menurun. Intervensi BI melalui DNDF sudah dilakukan, namun tekanan masih tinggi akibat aksi jual investor asing yang terus berlanjut.
Produk Asing Membanjiri Pasar Domestik (Dumping). Produk dari negara seperti China yang kehilangan pasar AS kini mencari outlet baru—dan Indonesia menjadi salah satunya. Produk impor murah mulai mendesak produk lokal, memperbesar tekanan pada sektor manufaktur dalam negeri.
Kaya Tetap Defensif, Siap Menyambut Rebound
Dalam kondisi yang sangat dinamis ini, KayaSmart+ sudah mengambil posisi defensif sejak awal Maret. Sistem alokasi otomatis kami mengurangi eksposur terhadap saham dan memperbesar porsi pada aset pasar uang serta obligasi untuk menjaga stabilitas portofolio nasabah.
Kami percaya, pasar tidak selalu bisa diprediksi—tapi portofolio bisa diatur agar siap untuk kondisi terburuk, sekaligus sigap ketika peluang mulai terbuka. Pendekatan berbasis data dan adaptasi otomatis membuat portofolio tetap dalam jalur yang optimal, bahkan saat pasar dalam tekanan ekstrem seperti hari ini.
Kesimpulan: Waktunya Siaga, Bukan Hanya Menunggu
Tarif, rupiah, dan volatilitas bukanlah alasan untuk panik. Justru dalam kondisi seperti ini, strategi yang cermat akan membedakan siapa yang mampu bertahan dan siapa yang akan tertinggal.
Rebound bisa terjadi kapan saja. Yang paling penting, kamu sudah punya strategi sebelum itu datang. Mulai investasi cerdas dan adaptif bersama KayaSmart+ hari ini.
DISCLAIMER: Informasi yang disediakan oleh PT. Kaya Lautan Permata (Kaya) memberikan pandangan dan analisis tentang berbagai topik keuangan. Meskipun kami berusaha memberikan informasi yang akurat dan terkini, semua keputusan investasi tetap menjadi tanggung jawab pribadi Anda. Harap dicatat bahwa semua investasi memiliki potensi risiko, dan setiap keputusan investasi yang Anda buat adalah atas kebijaksanaan dan risiko pribadi Anda sendiri.